Bernasindo, Jakarta – Upaya menekan angka stunting nasional kembali diperkuat melalui langkah strategis PrimaKu yang resmi meluncurkan Parenthood Institute 2025. Program edukasi tahunan ini tidak hanya menawarkan pembelajaran parenting berbasis teknologi, tetapi juga menghubungkan orang tua dengan ekosistem layanan kesehatan yang lebih terintegrasi di seluruh Indonesia.
CEO PrimaKu, M. Aditriya Indraputra, CFA, menyampaikan bahwa penguatan ekosistem menjadi fokus utama PrimaKu tahun ini. “Kami ingin memastikan orang tua bisa mendapatkan edukasi yang tepat sekaligus akses pelayanan kesehatan yang mudah. Dua hal ini saling terkait dan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Ia menambahkan, meningkatnya hoaks kesehatan menjadi tantangan besar yang harus diatasi bersama. Karena itu, kolaborasi dengan BKKBN dan ratusan ribu kader di seluruh Indonesia menjadi langkah penting. “Para kader ini butuh skill, knowledge, dan tools yang tepat. Di sinilah kami ingin berperan,” katanya di Menara Mandiri, Jakarta. Selasa, (18/11/2025).
Aditriya juga merinci perluasan ekosistem PrimaKu, termasuk integrasi layanan melalui PrimaCare dan PrimaPro, serta fitur Booking Layanan yang kini tersedia di ratusan klinik mitra. “Kami ingin memastikan bahwa edukasi tidak berdiri sendiri. Orang tua bisa langsung mengambil tindakan, berkonsultasi, dan memantau kesehatan anak melalui ekosistem yang saling terhubung,” ujarnya.
Program KaderKu pun menunjukkan hasil menggembirakan dengan 80% anak mengalami peningkatan z-score, sedangkan studi ilmiah dari UGM menunjukkan pengguna PrimaKu memiliki kelengkapan imunisasi 2,5 kali lebih tinggi dan ketepatan waktu imunisasi 3,2 kali lebih baik dibanding yang tidak menggunakan aplikasi.
Di sisi lain, dr. Yuni Astria, Sp.A, selaku Dokter Spesialis Anak dan Expert SuperClass, menekankan bahwa edukasi parenting harus berbasis ilmu kedokteran anak, bukan sekadar opini dan konten viral. “Saat hamil saja, faktor anemia, defisiensi vitamin D, dan kelengkapan vaksin ibu sangat memengaruhi kondisi bayi. Ini belum banyak diketahui orang tua,” tuturnya di lokasi yang sama.
Dr. Yuni juga mengingatkan bahwa dampak stunting terhadap kognitif anak terjadi lebih awal dari yang diperkirakan. “Bahkan pada fase wasting, penurunan IQ bisa terjadi. Jika sudah jatuh ke kategori stunting, dampaknya jauh lebih besar dan berlangsung sampai dewasa,” katanya.
Melalui SuperClass yang kini memiliki 12 kelas, termasuk materi baru dari Prof. Aman Pulungan dan Prof. Hinky Satari, ia berharap edukasi berkualitas bisa diakses lebih merata oleh orang tua di seluruh wilayah.
Sementara itu, Sekretaris Il Pengurus Pusat IDAl, dr. Ade Djanwari Pasaribu, Sp.A, menyoroti tantangan lain, rendahnya literasi kesehatan, penolakan vaksin, serta kesiapan pernikahan dan kehamilan. “Edukasi ini harus sampai ke orang tua, terutama di daerah yang tidak mudah mengakses dokter. Orang tua perlu memahami tumbuh kembang, ASI eksklusif, MPASI, hingga vaksinasi lengkap,” tegasnya di lokasi yang sama.
Ia menambahkan bahwa stunting membawa dampak permanen. “Kalau sudah stunting, tidak bisa diperbaiki lagi. Anak akan tumbuh menjadi dewasa tanpa mencapai potensi terbaiknya. Pencegahan adalah kuncinya,” ujar dr. Ade.
Parenthood Institute 2025 mengusung tema “Akses Belajar Tanpa Batas untuk Parenting Berkualitas” dan akan berlangsung 19 November–18 Desember 2025 dalam format hybrid. Peserta dapat mengikuti kelas virtual pendek (Kulmin), SuperClass, mengumpulkan poin, dan berkesempatan mengikuti bootcamp eksklusif bersama IDAI.
Aditriya menambahkan bahwa PrimaKu kini tengah menyiapkan Parenthood Institute agar dapat berlangsung sepanjang tahun. “Dengan dukungan mitra dan para ahli, kami ingin memastikan proses belajar ini bisa berkelanjutan dan memberikan dampak nyata. Jika edukasi dan akses layanan saling mendukung, kita bisa mempercepat langkah menuju Indonesia bebas stunting,” pungkasnya.
