Merajut Akulturasi di Jatinegara: Festival Balimester Jadi Simbol Harmoni Tionghoa dan Betawi

 

Bernasindo.com, Jakarta — Di bawah langit cerah Minggu pagi, aroma kuliner Betawi bercampur dengan wangi dupa khas Tionghoa di kawasan JTown, Jatinegara Timur. Musik gambang kromong berpadu dengan tabuhan genderang barongsai, membuka Festival Balimester Jatinegara 2025 yang mengusung tema “Kolaborasi Tionghoa & Betawi.”

Festival yang digelar pada 12 Oktober 2025 ini bukan sekadar pesta budaya. Ia menjadi simbol hidupnya semangat akulturasi di jantung Jakarta Timur. Masyarakat lintas etnis tumpah ruah menikmati pertunjukan seni, bazar UMKM, gerak jalan, hingga lomba rakyat. Dalam suasana yang hangat, batas identitas seakan melebur menjadi satu dalam warna keberagaman.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PERWANTI, Surijaty Aminan, menyebut festival ini sebagai wujud nyata dari toleransi dan kreativitas masyarakat urban yang berakar kuat pada nilai-nilai kebudayaan.

Ia menilai bahwa proses penyatuan antara budaya Tionghoa dan Betawi tidak hanya memperindah lanskap sosial Jakarta, tetapi juga memperkaya identitas bangsa.

“Kita telah menyaksikan akulturasi yang luar biasa dalam arsitektur, musik, kuliner, bahkan dalam tata krama sehari-hari,” ujar Surijaty di hadapan tamu undangan.

Menurutnya, keberagaman harus dirayakan sebagai kekuatan, bukan sekadar perbedaan.

“Festival ini membuktikan bahwa kita mampu menerima unsur-unsur asing, mengolahnya, dan menjadikannya bagian dari jati diri kita tanpa kehilangan akar budaya,” katanya.

Surijaty juga mengingatkan bahwa keterbukaan terhadap budaya lain adalah cerminan dari masyarakat yang beradab dan percaya diri. Ia berharap kegiatan ini menjadi inspirasi untuk menjaga harmoni dan membangun ruang dialog antarbudaya.

“Mari kita jadikan keterbukaan dan penghargaan terhadap kebudayaan lain sebagai fondasi membangun masyarakat yang harmonis, kreatif, dan beradab,” tuturnya. “Keberagaman yang menyatu bukan hanya memperkaya sejarah kita, tetapi juga menjamin masa depan yang penuh warna bagi generasi mendatang.”

Festival Balimester Jatinegara 2025 menegaskan kembali bahwa kebudayaan adalah jembatan, bukan sekat. Di tengah modernisasi kota, denyut harmoni Tionghoa dan Betawi di Jatinegara menjadi napas panjang kebersamaan — bukti bahwa perbedaan bisa tumbuh indah ketika dirawat dengan cinta dan rasa saling menghargai. (war)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *